Ikhlas|Hikmahnet
Hakikat Ikhlas (4)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Amal perbuatan paling baik ialah anda tidak memperlihatkannya kepada manusia, karena ikhlas dan juga dari pandangan anda sendiri sembari mengakui nikmat Allah subhanahu wa ta’ala. Anda memandang anda sendiri dan manusia tidak punya peran di dalamnya”. (Al-Fawaid: 76)
Pakar tafsir sekaligus salah seorang generasi tabi’in, Abu Aliyah rahimahullah berkata: “Shahabat-shahabat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, ‘Engkau jangan beramal karena selain Allah subhanahu wa ta’ala. Jika itu engkau lakukan, Allah subhanahu wa ta’ala menyerahkanmu kepada pihak tujuan amalmu”. (Shifatu Ash-Shofwah: 3/212)
Imam Al-Jailani berkata kepada salah seorang muridnya: “Beramallah dengan ikhlas dan jangan lihat seluruh amal perbuatanmu. Amal perbuatanmu yang diterima adalah amal perbuatan yang engkau tujukan untuk mengharapkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, bukan keridhaan manusia. Engkau celaka jika beramal untuk manusia, namun engkau berharap perbuatanmu diterima Allah subhanahu wa ta’ala. Ini perbuatan gila!”. (Al-Fathu Ar-Rabbani: 36)
Hakikat Ikhlas (3)
“Beramal tanpa keikhlasan dan iqtida’ (meneladani Nabi), ibarat musafir yang mengisi kantongnya dengan pepasiran. Hanya memberatkannya dan tidak bermanfaat baginya.” (al-Fawa’id, Ibnul Qayyim (691 H- 751 H)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” [HSR Al-Bukhari (no. 56) dan Muslim (1628)]
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Tangisan itu ada sepuluh bagian. Sembilan bagian biasanya untuk selain Allah (tidak ikhlas) dan satu bagian saja yang biasa untuk Allah. Jika ada satu tangisan saja dilakukan dalam sekali setahun (ikhlas) karena Allah, maka itu pun masih banyak.”[Hilyatul Awliya’, 7/11]
Hakikat Ikhlas (2)
Mutharrif bin Abdullah rahimahullah berkata:
“Baiknya hati tergantung dari baiknya amal dan baiknya amal tergantung dari baiknya niat.”
“Baiknya hati tergantung dari baiknya amal dan baiknya amal tergantung dari baiknya niat.”
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: “Sesuatu yang paling berat mengobatinya bagiku adalah niatku, karena niatku senantiasa berbolak-balik.”
Seorang ahli cerita yang suka menasehati orang berdiri dekat Muhammad bin Wasi’, lalu berkata,
“Betapa aku melihat hati manusia tidak khusyu’ tidak menangis, dan kulit tidak bergetar dengan nasehat. Mengapa?” Muhammad berkata, “Hai fulan, aku melihat manusia datang dari sisimu, sesungguhnya peringatan itu jika keluar dari hati (yakni dilakukan secara ikhlas) maka akan diterima hati.”
“Betapa aku melihat hati manusia tidak khusyu’ tidak menangis, dan kulit tidak bergetar dengan nasehat. Mengapa?” Muhammad berkata, “Hai fulan, aku melihat manusia datang dari sisimu, sesungguhnya peringatan itu jika keluar dari hati (yakni dilakukan secara ikhlas) maka akan diterima hati.”
Hakikat Ikhlas (1)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata: “Pelajarilah niat karena niat lebih sempurna daripada amal.”
Ibnul Mubarak rahimahullah berkata: “Berapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niat.”
Yusuf bin Al Husain Ar Razi rahimahullah berkata:
“Perkara yang paling berat di dunia adalah ikhlas. Aku sering menghilangkan riya’ dari hatiku tetapi seolah tumbuh lagi di hatiku dengan warna yang berbeda.”
“Perkara yang paling berat di dunia adalah ikhlas. Aku sering menghilangkan riya’ dari hatiku tetapi seolah tumbuh lagi di hatiku dengan warna yang berbeda.”
No comments:
Post a Comment